Kamis, 23 Juli 2015

Seuntai Kata : Aku Bukan Penulis

Entah mengapa aku mencintainya
Mungkin karena otak dan hatiku tlah diracuninya
Telingaku tlah ditulikannya
Mulutku tlah dibisukannya
Bahkan mataku tlah dibutakannya
Ia telah benar-benar menyihirku
Membuatku begitu tergila-gila padanya
Seolah telah mengidap kutukan sepanjang masa
Ia membuatku terus memikirkannya
Seolah tak diizinkannya berpaling sekejap saja
Semakin hari ia semakin membuatku gila
Setiap hari aku harus menulisnya menjadi rangkainan lebih indah
Tapi aku bukan penulis
Aku hanya mencoba menulis segala hal yang ku dapat
Merangkainya seunik dan seindah mungkin
Namun kini aku pun ingin menjadi penulis
Bukan yang hanya handal dalam menulis
Tapi juga yang handal dalam segala hal
Bukan tentang seberapa panjang dan bagusnya tulisan
Tapi tentang sebuah tulisan yang mampu dikenang sepanjang masa
Karena ku sadar segala hal yang terjadi tak akan selalu sama
Karena tokoh dan suasana tak akan menggambarkan
Hal yang sama persis untuk kesekian kalinya

April 2015

Sepucuk Surat Untuk Sahabat

Part 3

Adakah kau mengerti?
Betapa sesungguhnya kau berarti
Adakah kau pahami?
Betapa ku tak ingin kau pergi
Dan adakah kau sadari?
Betapa sakit hatiku saat kau campakkan aku
Kapan kau bisa bermain bersamaku?
Meluangkan sedetik waktumu
Menguras segala masalahmu
Menghanyutkan segala duka laramu
Dan menumbuhkan kebahagiaanmu
Adakah kau tahu?
Betapa sungguh aku merindukanmu
Rindu segala hal tentangmu
Kapan bisa main ke rumahku?
Ketawa bareng sama aku?
Nangis bareng sama aku?
Peduli dan perhatian sama aku?
Kapankan ku dapati itu?
Apa nanti? Suatu saat nanti?
Saat aku tak ada kabar lagi?
Saat aku pergi dan tak lagi kembali?
Barulah kau singgah kemari
Menangis dan melantunkan surat yasin dan tahlil
Dan kau curahkan segala penyesalanmu?
Apa saat itu kau baru akan sadar?
Ah sobat, saat itu kau jalankanpun
takkan berarti dan tak akan pernah berarti untukku
Karna saat itu aku tak lagi hidup denganmu
Takkan menyusahkan, merengek dan meminta bantuanmu
Ah sudahlah sobat, aku memang tak berarti untukmu
Lupakanlah aku yang menyusahkanmu
Dan MAAF kanlah aku
Simpan air matamu jangan menangis buatku

Oktober 2013
Ttd
Sahabatmu
Inka Ayu P.

Sepucuk Surat Untuk Ayah dan Ibu

Ayah... Ibu... Maafkan aku
Aku yang selalu membangkang, merepotkan,
meresahkan, terlebih lagi menjengkelkanmu
Ayah... Ibu... Aku tahu
Aku tak banyak berguna bagimu
Justru aku selalu memancing amarahmu
Hingga berkali-kali hatimu berdarah karenaku
Ayah... Ibu... Maafkan aku
Aku yang tak pernah bisa mewujudkan asamu
Asa yang semestinya kini tlah ku persembahkan padamu
Ayah... Ibu... maafkan aku
Aku hanya anak yang tak tahu diri
Yang selalu mengulangi segala kesalahanku
Tapi Ayah...Ibu... Terima kasih banyak ku ucapkan
Atas segala yang engkau berikan, perjuangkan,
Dan korbankan untukku tak henti mengalir tiap waktu
Ayah... Ibu... Aku tahu
Aku tak pernah bisa membahagiakan dan membanggakanmu
Namun bolehkah aku mendekap erat tubuhmu ?
Sebagai penawar rasa sepi dan sakit hatiku ini
Atas ketidakpastian dan fakta pahit yang meracuni jiwaku
Ayah... Ibu... satu hal yang perlu kau tahu
Jika sesungguhnya aku sangat bahagia, beruntung, dan
Bersyukur mempunyai orang tua sepertimu
Namun maafkan aku yang selalu menjengkelkanmu
Karena tanpa maafmu
Tak dapatku arungi hidup ini dengan lega hati
Ayah... Ibu... Perlu kau tahu
Jika di balik segala sikapku itu
Sesungguhnya aku sangat menyayangi dan mencintaimu
Sampai nanti, sampai aku pergi dan kembali lagi padamu
Dalam dunia lain yang jauh lebih kekal dari dunia kini

Februari 2013

''Jika Esok Ku Pergi''

Jika esok ku pergi
Maka ini pertemuan terakhir
Jika esok ku pergi
Maka ini canda terakhir
Jika esok ku pergi
Maka ini senyum terakhir
Dan jika benar esok ku pergi
Maka hari ini hari terakhir
Ayah... Ibu...
Maafkan anakmu yg selalu salah ini
Sering ku membangkangmu
Serta mengabaikan nasehatmu
Segala yang kau beri sungguh berarti
Berawal dari ujung kepala hingga kaki
Kau perkenalkan semua padaku
Tentang kehidupanku
Terima kasih…
Jasa-jasamu terukir
dan takkan tergantikan
Karena Ayah & Ibu ku sayang selalu
Ibu, jika benar esok ku pergi
Mandikan aku tuk terakhir kali
Serta peluk cium dan belai lembut aku
Ayah, jika benar esok ku pergi
Pejamkan mataku, peluk cium & belai lembut aku
Karna itu akan jadi yg terakhir
Seusai itu, tak ada lagi aku
Yang slalu mengesalkan dan
Menjengkelkan hatimu karna ulahku
Ayah... Ibu...
Selamat tinggal untuk selamanya...
Kini, aku tak lagi bersamamu…

Mei 2012
ttd
Anakmu
Inka Ayu P.

Hati Sahabat

Seperti tertusuk mawar berduri
Hatiku berdarah, menjerit tak henti
Dalam hujan ku harap kan henti
Hingga mentari sinari gelapnya hari
Tuhan, langitku tampak mendung
Kelopak mataku tak mampu membendung
Hingga hujan deras menghapus kebahagiaanku
Menenggelamkanku dalam lautan keterasingan
Sungguh menyakitkan
Ketika ku menghargai seseorang dalam segala hal
Namun tak dapat balasan bahkan selalu terabaikan, dilupakan
Aku tak memintanya untuk membalas
Tapi setidaknya ia bisa menghargaiku
Apa dan bagaimanapun bentukku
Aku pernah berharap
Berharap kau kan selalu menghiasi langit hidupku
Menjadi bintang yang berkedip paling gemilang
Meski langitku mendung, namun kau coba cerahkan
Tanpa membuatku teteskan air hujan
Namun faktanya, hujan mengguyur kebahagiaanku
Menenggelamkan ku dalam banjir kecemburuan
Saat ku melihatmu lebih dekat dengan orang lain
Sedang saat kau bersamaku
Tak pernah kau sedekat itu padaku
Sahabat, kau perlu tau
Jika tiap detik kau tak menghiraukanku
Hatiku bagai kaca yang kau jatuhkan
hingga terurai terpisahkan
Sedang sisanya menusuk telapak kaki ku
Kau bisa bayangkan itu
Betapa hancurnya saat kau tak menghiraukanku
Terlebih lagi saat kau tak pernah mengajakku bercerita
Kau tinggalkanku sendiri di hutan tak berpenghuni
Hingga membuatku termenung menyendiri
Merasakan betapa dahsyatnya kesedihan diri
Sedang kau pergi ke kota bersamanya
Asyik bercerita tanpa terfikir
Di benakmu sepintas tentangku
Kau tak pernah menyadari betapa besar harapanku
Kau kan jadi bintang sejati yang selalu menerangi
Dan tak henti berkelip dalam langit hidupku
Terima kasih atas ukiran namamu di hatiku
Lukisan tawa dan suka begitu menawan
Serta goresan luka warnai hariku
Namun kau tetap orang yang ku sayang dalam hidupku

Sidoarjo, April 2012
Inka Ayu P

Kamis, 16 Juli 2015

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H

Aku tidak tahu hingga berapa lama waktuku di dunia, begitupun dengan keluargaku. Namun selagi masih dimampukan Allah SWT untuk bernafas, berdiri bahkan berlari. Maka tak patut rasanya jika kesempatan itu di sia-siakan begitu saja. Sementara banyak ahli kubur yang ingin kembali terbangun dan menyembah lagi kepada Tuhannya. Karena semua hal yang dilahirkan, pada akhirnya juga akan kembali kepadaNya. Sementara kita tidak tahu kapan Allah kan memanggil kita, maka berdoalah, bertawakkallah, beristiqomahlah, dan bersyukurlah kepadaNya.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Shiyamana wa Shiyamakum wa Ahalahullahu 'alaik •
(semoga Allah menerima amalan dari kami dan darimu, juga diterimaNya puasaku dan puasamu sekalian, serta semoga Allah menyempurnakannya) •
Ja'alanallahu Minal Aidzin Wal Faidzin •
(Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang kembali fitrah/suci & orang-orang yang menang) • aamiin🙏🙏🙏
Inka Ayu & keluarga besar mengucapkan mohon maaf lahir dan batin sedalam-dalamnya. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436H.
Semoga Allah SWT masih akan mempertemukan kita dengan keluarga yang utuh di Bulan Suci dan Hari Raya pada tahun-tahun selanjutnya. Aamiin🙏🙏🙏 Kunfa Yakun🙏🙏🙏
#IAP

Sebagian 2025

Awal tahun 2025 menjadi pembuka untuk memulai pelajaran baru, dalam rangka menambah kemampuan. Kali ini dimulai dengan mengikuti workshop pe...