­

Mimpimu Ketinggian? Jangan Gentar!

April 20, 2018

A: “Gue pengin jadi penulis novel best seller! Dan semua novel gue difilmin!”

B: “Hahaha. Pengin jadi penulis? Emang lo bisa nulis? Best seller? Gue nggak yakin tulisan lo bakal sebagus. Itu pun kalo beneran lo bisa nulis. Mimpi lo ketinggian! Ngaca deh.”
C: “Aku pengin jadi dokter. Pengin bisa angkat perekonomian keluarga.”
D: “Hahaha. Nggak punya modal aja belagu! Inget, orangtuamu itu siapa dan seberapa kemampuannya! Nggak usah muluk!”
E: “Aku pengin menetap di luar negeri.”
F: “Hahaha. Muluk banget kepenginan lo! Ngaca, Bro, kemampuan lo seberapa. Kuliah aja dibiayain sama beasiswa.”
Rrr... Rasanya pengin teriakin mereka balik nggak sih? Gampang banget patahin semangat orang dan mutusin buat nggak mimpi jangka panjang....
Jleb nggak sih kalau kita bercerita tentang mimpi dan cita-cita kepada mereka atau mereka bertanya dan kita menjawab penuh semangat, tapi malah dijatuhin kayak gitu? Sedih, nggak? Kecewa, nggak? Sakit hati nggak? Pengin ngelempar mereka pakai barang berat, nggak? Pengen tenggelamin mereka, nggak?
Memangnya sejak kapan ada yang salah dengan mimpi dan cita-cita? Bukankah ada nasihat lama yang mengatakan bahwa harus menuntut ilmu sampai ke negeri Cina, bercita-citalah setinggi langit, jangan menyerah untuk menggapai mimpi, tidak ada yang mustahil di dunia ini, dan masih banyak lagi.
Heran juga kenapa orang-orang dengan mudahnya mematahkan semangat untuk berandai-andai sambil berjuang mewujudkan, sementara masih ada hal positif yang mereka lakukan. Hanya dengan kata, “Semangat, ya!” atau “Pasti bisa!” atau “Pokoknya harus yakin! Pasti ada jalan!” atau bisa juga, “Nggak ada yang mustahil selagi mau perjuangin!” bisa dengan mengutip dari al quran, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kukabulkan.” Lebih berfaedah dan enak didengar, kan?
Kalaupun tak suka atau iri dengan mimpi dan cita-cita orang lain karena terlalu tinggi dan melebihi cita-cita mereka, bisa juga tetap melontarkan kalimat positif, kan? Toh mereka juga bisa memperbaiki lagi mimpi dan cita-cita mereka setelah mendengar kepunyaan orang lain. Bukankah ucapan dari seseorang juga berpengaruh dalam kehidupan? Bisa membuat seseorang mengidolakannya, termotivasi untuk melakukan hal yang sama atau bahkan lebih, terwujudnya mimpi dan cita-cita yang bisa jadi sering dijawab, “Emang bisa?” atau “Yakin bisa?” atau “Jangan belagu,” atau “Jangan muluk-muluk,” atau “Bisa makan tiga kali sehari aja udah syukur banget.”
Banyak, kan, orang-orang dari perekonomian di bawah rata-rata tapi bisa sukses. Berarti bukan mustahil, kan, bermimpi dan bercita-cita setinggi langit sekalipun lingkungan sekitar kurang mendukung. Bukan tidak mungkin, kan, Tuhan membantu mewujudkan. Siapa yang tahu kalau mimpi dan cita-cita jangka panjangmu itu terwujud begitu cepat setelah berproses. Siapa juga yang tahu kalau Tuhan justru memberikan sesuatu yang lebih dibutuhkan di atas segala keinginan dan cita-cita. Tak jarang juga baru terwujud setelah sekian lama, sebab Tuhan ingin melihat usahamu lebih keras atau putus di tengah jalan karena kalah dengan godaan.
Jangan gentar. Jangan menyerah. Tak ada yang mustahil di dunia ini. Tak ada yang lebih baik dibandingkan berniat, berusaha, berdoa, dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan tahu kok, kapan akan menjawab mimpi dan cita-cita kalian. Saya percaya itu, sebab telah merasakannya sendiri keajaiban dari proses yang saya lakukan untuk mewujudkan keinginan.
Proses memang tak selalu mudah. Proses tak selalu membuahkan hasil yang gemilang. Proses tak selalu nikmat untuk dirasakan. Proses tak selalu semakin menyemangati untuk mencapai apa yang ingin diraih. Tak jarang juga proses membuat kita merasa lelah karena tak mudah dan ingin menyerah karena banyak sekali halangan dan rintangan yang harus dihadapi. Jangan menyerah!
Saya memang belum bisa memberikan bukti hasil atau buah kesuksesan yang spektakuler dari diri sendiri mengenai edisi kiriman ini. Tapi, saya juga sedang berproses seperti kalian. Saya akan bercerita sedikit. Saya sangat suka menulis sejak SD. Menulis diari dan semacam puisi cukup banyak—setelah membaca buku-buku puisi di perpustakaan, yang sayangnya saya lupa judul dan pengarangnya—waktu itu. Selama SMP, saya lebih fokus menulis semacam puisi itu dengan membaca buku-buku puisi di perpustakaan juga karena saya bukan dari keluarga yang “berada”. Bahkan sangat bersemangat memposting hasil tulisan ke facebook sembari berharap mendapat komentar dari teman-teman. Mereka berkomentar dan saya senang. Lalu mengalami perkembangan lagi, dikemas dalam format jpg dengan foto saya sebagai latar belakang >.< ((narsis banget >.< mau dihapus tapi sayang :’)))
Saya berusaha menulis di tengah lingkungan yang orang-orangnya tidak gemar menulis maupun membaca. Nah, bukan perjuangan yang mudah, kan? Apalagi tidak banyak juga yang mendukung dan menyemangati. Bisa dihitung jari! Bahkan kedua orangtua saja juga tidak selaras dengan keinginan saya~ dudu~ ((bahkan sampai hari ini >.< perang banget nggak sih :’) dudu :’) eh tapi saya sudah minta doa restu mulai tahun ini! Biar cepat ketemu jodoh gitu ceritanya (jodoh untuk naskah, bukan buat sayanya. Tapi buat saya juga sih aamiin :)))
Entah sejak akhir kelas satu SMA atau kelas dua SMA—lupa tepatnya kapan—saya mulai menulis dalam versi yang lebih panjang serupa cerpen dan novel. Entah pemicunya mana dulu antara novel Shine On Me karangan Shandy Tan atau tugas Bahasa Indonesia untuk menulis cerpen. Kepada teman yang meminjamkan novel Shine On Me dan guru Bahasa Indonesia serta kurikulum 2013, terima kasih banyak! Sejak saat itu saya rajin menulis dan mengikuti lomba penulisan cerpen maupun puisi yang tersebar di facebook. Beberapa tulisan saya terpilih sebagai kontributor dan sungguh senang sekali! Saya jadi punya buku fisik—setelah terobsesi dan berambisi sekali ingin bisa mempunyai buku yang diterbitkan sehingga bisa dibawa ke mana-mana dan dikoleksi. Walaupun saya juga kurang teliti sewaktu membaca syarat dan ketentuan lomba sehingga merasa lebih banyak dirugikan ketimbang diuntungkan:’) Tidak sedikit juga yang diloloskan tapi tidak berkabar lagi :’) ((Oh naskah sayaaa :) Kembalilah, Sayang :’))) Jadi, kalian harus teliti ketika membaca dan melakukan apa pun, ya! ((Jangan seperti saya))
Sampai di sini, saya senang sekali karena bisa konsisten menulis dan “memerangi” lingkungan saya. Jadi, jangan menyerah, ya! Nanti kalau mimpi dan cita-cita saya ada yang terwujud lagi, akan saya ceritakan lagi ;-) Semangat berjuang!!! ((Sengaja ditulis semangat berjuang karena selamat berjuang sudah biasa :D siapa tahu kalau kata “semangat” bisa membulatkan tekad dan lebih bersikeras memperjuangkan yang ingin didapatkan. Semangat!!!))

You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts