­

Bandung Punya Cerita - Bagian Satu

November 15, 2018


Bandung Punya Cerita - Bagian Satu

Sebelum tanggal tujuh hingga dua belas November 2018.

Perjalanan dimulai dari meminta izin pada pemilik novel NTdTK, yang dipinjami buku entah sudah berapa bulan lalu, tapi baru saya baca beberapa hari lalu, huhu. Iya, manajemen waktu saya kurang baik.

Meski sangsi takut novelnya ketinggalan, tapi ingat kalau perjalanan di kereta memakan waktu dua belas jam, dan sudah mendapat izin... Akhirnya dibawa juga.

Saya dan empat teman berangkat menuju stasiun pukul dua belas siang, sebab mengantisipasi agar tidak terjebak macet. Dan sebelum itu, saya dalam kondisi sial, sulit menelan obat dan belum apa-apa, sudah mau muntah. Tapi syukurlah, sampai di stasiun, tidak terjadi apa-apa, kecuali datang yang terlalu awal. Kami menunggu cukup lama untuk boarding pass. Perasaan campur aduk menjelang keberangkatan.

Pukul setengah lima sore, kami sudah berada di dalam kereta, sudah selesai dari sibuknya menata barang bawaan yang banyak dan berat. Kami berdoa masing-masing agar selalu dalam lindungan Allah Swt.

Perjalanan dua belas jam bukan perkara mudah bagi saya, apalagi ini perdana naik kereta. Ditambah lagi dengan dua kebiasaan saya yang kadang masih mengganggu, padahal sudah menyugesti tidak akan terjadi, nyatanya beberapa bulan lalu juga terjadi :')

Syukurlah, udara di kereta ternyata tak jauh berbeda dengan udara di luar sana. Sebab, udara memengaruhi. Dan perjalanan selama dua belas jam menjadi menyenangkan sebab tidak ada indikasi jika dua hal yang menyebalkan itu akan terjadi.

Setelah memindai seisi kereta, pikiran saya mulai berkelana, melihat ke jendela yang tampaknya matahari sudah mulai tenggelam. Dan banyak pemandangan indah yang dilewatkan. Teman-teman pun mengeluhkan. Tapi, Allah Swt lebih tahu apa yang terbaik untuk hambaNya.

Makan malam cukup mengejutkan, nasi goreng ditemani telur mata sapi dan ayam goreng, juga acar, saus, mentimun, serta kerupuk. Yang membuat terkejut adalah daftar menu beserta harganya, haha. Saya baru mengeceknya setelah makan.

Malam hari, saat saya merasa perlu segera menyelesaikan novel yang dipinjam cukup lama--dan pemiliknya terus menyemangati untuk segera membaca--akhirnya memulai membaca novel Nona Teh dan Tuan Kopi. Sedikit banyak, membuat bingung. Tak sepenuhnya mudah mencerna setiap tulisan yang ada di sana. Hanya asal membaca. Padahal sudah berkonsentrasi. Tapi cukup senang, meski teriris dan agak berat untuk dibaca selama perjalanan menuju "kesenangan". Iya, saya anggap ini liburan. Dan saya sudah memutuskan dan mengesahkan--ceilah bahasanya, wkwk--untuk tidak berekspektasi apa pun, sebab, biasanya saya mengkhayalkan sesuatu sebelum menjalaninya. Tapi kali ini, tidak terlalu begitu.

Mulai mengantuk, saya memutuskan untuk menyudahi kegiatan membaca--meski tak banyak menghabiskan jumlah halaman, tapi lumayan, daripada tidak dibaca sama sekali. Tak mau ambil risiko kalau novelnya jadi lecek atau ternoda.

Entah pukul berapa, saya terbangun, lalu memutuskan untuk menyantap nasi goreng yang sengaja masih disisakan, sebab sore hari setelah masuk kereta, saya baru makan bekal tadi siang, setelah sebelumnya tidak tuntas karena merasa tak enak. Bukan makanannya yang tak enak, tapi kondisi tubuhnya.

Pagi harinya, entah tepatnya pukul berapa--sebelum pukul tujuh seingat saya--rombongan saya sudah tiba di stasiun Bandung. Kami melanjutkan perjalanan menggunakan bus menuju ke Rest Area. Syukurlah, dua hal menyebalkan itu tidak menghampiri, udara di bus cukup bersahabat. Saya merasa senang, beruntung, meski masih waswas. Rombongan saya berbenah dan sarapan di area tersebut.

Kami melanjutkan perjalanan ke Kopi Luwak Cikole. Berhenti di pelataran rumah makan kalau tak salah ingat, lalu melanjutkan perjalanan menggunakan mobil angkutan umum, yang biasa disebut len, tapi di Bandung disebut shuttle.

Selama menimba ilmu di KLC, saya mengantuk. Sangat, sangat mengantuk, dan ini fatal. Agak lama tertidur, sebentar terbangun. Saya merasa tidak mendapat apa-apa di sana. Menyedihkan. Sungguh, kantuk yang saya rasakan, rasanya sama persis dengan yang terjadi sebelum saya menghadapi UTS. Selama beberapa hari, mata saya rasanya hanya ingin terpejam. Kantuk dimulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur. Sejujurnya, mata tidak kuat membuka. Dan saya mati-matian berusaha agar tetap melek dan sadar. Dan saya tidak tahu, saya kenapa hingga detik ini. Tapi, semasa UTS, alhamdulillah, sudah melek dan sadar. Saya khawatir jika itu terjadi lagi hari ini(8/11). Dan benar-benar terjadi. Saya kalah terhadap diri sendiri. Mengerikan.

Di KLC, kami mendapat segelas kopi, yang bisa diseduh sendiri. Saya tak ikut mencicipi, takut lambung tak bisa diajak kompromi, dan saya juga tidak suka kopi. Lebih suka minum air putih. O ya ampun, kenapa saya kebanyakan curhat, haha.

Setelah dari KLC, kami kembali ke pemberhentian bus tadi. Kami melangsungkan makan siang dengan menu lezat. Di rumah makan itu, ada pohon berdaun menjari dengan warna kekuningan, keoranyean, dan kehijauan menyerupai daun maple, yang menyenangkan dipandang. Itu bagi saya, entah kalau yang lain. Yang sederhana dan receh saja saya suka, apa lagi yang lebih? Hihi. Yaaa, curhat lagi.

Apa? Mau tahu kelanjutannya? Tunggu saja! Doakan saya segera bisa menuliskannya, ya. Saya pun tak sabar menulisnya, tapi banyak hal yang haemrus dilakukan :') terus semangatttt!


Sidoarjo, 12/11/18

Ttd,
Perindu Bandung

You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts