Pagi, gaes. Saya mau sharing soal penulisan berita dari beberapa pemateri & jadi panduan saya untuk nulis. Semoga tulisan ini bisa dimengerti ya.
Berita berisi peristiwa & informasi yang dimuat harus mengandung news value. Apa tuh? Peristiwa yang perlu diketahui orang banyak; penting, baru, unik, & terkenal (kalau nggak ada bagian ini, gpp. Pokoknya beritanya bersifat penting, baru & unik).
Jenis berita
Hard news: berita cepat, ringkas, lugas, singkat, langsung ke pokok permasalahan.
Soft news: berita yang dari segi isi tidak terlalu berat. Misal, tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dhadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi. Selama krisis ekonomi masih berlanjut, berita itu bisa diterbitkan kapan saja. Sifatnya lebih ke brcerita. Lebih ke gimana sih kondisi rakyat, _how to survive_, _how to handle_,dst.
Jelas beda sama yang hard news dong. Kalau hard harus segera tayang.
Teknik penulisan berita
Berita yang baik harus mengandung 5w+1h (apa hayo? Browsing sana😋 jangan nanya mulu tapi ngga usaha cari tau dulu😌)
Struktur berita: pembuka, isi, penutup.
1. Judul (harus mncerminkan isi. Jangan sampe judulnya A, tapi isinya B)
2. Lead: kalimat pembuka (yang menentukan pembaca bakal lanjut baca atau ngga)
Judul & lead emang agak susah, tapi coba terus, pantang mundur. Saya juga masih dan terus belajar. Jadi kita sama2 belajar.
Angle berita: bagaimana mencari sisi terbaik *(penting, baru, unik, dll)* sehingga bisa disajikan lebih *menarik*.
*Lead/pmbuka* berita bisa ditulis dari bagian *apa sih yang paling menarik dari acara tersebut?*
Yep, lead bisa ambil dari salah satu unsur 5w+1h. Kalau pembicara/tamunya artis, berarti bagian _who_ jadi pembuka. Kalau prokernya yang menarik, berarti bagian _what_ jadi lead, dst.
Setelah lead beres, erus jabarin sampe ke bawah, gimana acara itu berlangsung, alasan+harapan diadakannya acara (biasanya waktu sambutan, ketupel udah nyampein. Kalo dirasa belum cukup, silakan wawancara), dst, pokoknya jabaran dari 5w+1h. Jangan ada dobel info! Kalau udah disinggung di paragraf atas, jangan ditulis lagi di paragraf bawah.
Masih soal teknik menulis berita
Nama & gelar ditulis lengkap tanpa tanda .,
Misal, Lanna SE MSi Ak CA
Di lain media, bisa jadi wajib menggunakan tanda ., jadinya Lanna, S.E., M.Si., Ak., CA
Tapi untuk *pemberitaan di Umsida, nggak pakai tanda .,*
Penyebutan nama & jabatan dalam satu kalimat:
Nama, jabatan
Versi lengkap
Nama, jabatan+informasi apa yang disampaikan. Jangan hanya berisi subjek. Sering banget yang kayak gini & penulisnya tetep ngeyel. Uh, pengen ngejitak rasanya. Sepele tapi bikin sebel. Rasanya mau balikin itu tulisan sambil ngegas😂
Next, karena ngga cukup jadi satu🙈
_Format salah: Lanna SE MSi Ak CA dosen akuntansi universitas terbuka sekaligus merangkap sebagai ketua prodi dan tergabung dalam IAI._ -> *me: iya terus dia ngapain?😡 Kok nggak dijelasin😡*
_Format betul: Lanna SE MSi Ak CA, Dosen Akuntansi Universitas Terbuka sekaligus merangkap sebagai Ketua Prodi dan tergabung dalam IAI, hadir dalam acara seminar nasional._
Nah ini boleh banget. Ada penjelasannya gitu loh, selain penulisnya pamer jabatannya si pemateri. Penjelasannya ngga harus kayak gitu, bisa dikreasikan. *Pokoknya harus ada penjelasannya.*
*Jangan menggunakan kata yang disingkat!* Bikin ribet editor dan berita nggak segera tayang.
Contoh: Acara *yg* digelar di aula *dgn* mengusung tema menuju kemajuan bangsa diikuti 100 *orng* dosen *&* karyawan.
*Duh! Sepele tapi bikin buang2 waktu buat ngedit! Udahlah, tulis tanpa singkatan!* Kalaupun ada sngkatan, itu biasanya akronim & *ada penjelasannya*
Contoh: Menurut *BPS (Badan Pusat Statistik)* pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 10%.
*Jangan menggunakan kata: dan, karena, sehingga, di awal kalimat.* Nggak cuma untuk penulisan berita, tapi juga berlaku untuk yang lain (artikel, skripsi, tesis, jurnal, dll). Ada sih yang bisa pakai tiga kata itu dengan model tulisan informal: fiksi. Untuk fiksi, it's oke karena sifatnya lebih luwes.
*Bedakan kata depan & awalan!*
*Kata depan: merujuk pada keterangan tempat. Ditulis terpisah.* Cntoh: di situ, di sana, di samping, di depan, ke depan, ke atas, ke perpus, dari mana dst.
*Kata awalan: merujuk pada aktivitas. Ditulis gabung.* Contoh: dihapus-menghapus, dibuang-membuang, ditendang-menendang, dll.
Ini juga sering salah tulis ya kan? Ngaku gaes. Beda lagi kalau mengedepankan-dikedepankan -> ada imbuhan me/di+an.
Kalau kedepannya? <- Apa bener tulisannya gini? Emang nunjukin aktivitas?
*Penulisan lokasi harus spesifik. Kecuali kalau sudah banyak dikenal, ngga usah gpp.*
Contoh: jl dijoyo.
Nangdi ini dalane? Desa endi? Kecamatan endi? Kabupaten endi? Provinsi endi?
Tulis lengkaplah. Jangan sok rahasiaan. Boleh sok rahasiaan kalau nulis fiksi!
Jadi perbaikilah: Jalan Dijoyo, Desa Ngarep, Kecamatan Maju, Kabupaten Pantang Mundur, Provinsi Rakyat Sejahtera. Jelas dan penulisannya tepat, pakai koma & huruf kapital.
Penulisan bahasa asing (nonIndonesia) diitalic.
Contoh: ceremonial.
Mau pake b Indo/b Ing? Kalo b Ind, ya browsing sana: padanan kata ceremonial.
Kalo pake b Ing: ceremonial. Kalo keminggris, keminggris sekalian. Jangan magak.
Jangan nanya saya mulu. Kan bisa nanya ke mbah gugel. Lebih fasres-an si mbah daripada saya😋
Public / publik? - Event / kegiatan? Ini nggak cuma berlaku dalam penulisan berita, tapi juga artikel, dll.
"Abis lihat tulisanku yang udah dicek temen2 & dosen, nggak ada tuh yang komen tulisanku yang kamu bilang betulnya begini begitu, Ink. Padahal aku lihat ada yang katamu salah."
Me: ada dua kemungkinan: luput (kelewatan) & nggak paham/lupa.
"Kamu berani ngatain temen2 & dosenku yg kompeten itu?"
Me: nggak sih, tapi saya realistis aja. Kalau temen2 n dosenmu betul paham tentang tata cara penulisan & memang teliti pas _screening/proofreading_ tulisanmu, ya mestinya tau & nemu, terus ngasih tau biar kamu betulin ntar.
Ralat, ada tiga kemungkinan format tulisan salah tapi nggak dikomen: luput (kelewatan), nggak paham, & nggak peduli.
Berhubung saya ~sok~ peduli & tahu benarnya (karena ada landasannya), ya saya kasih tahulah. Masa saya diam aja.
Udah tahu temennya lagi jalan tapi di kanan jalan, masa nggak saya ajak pindah ke jalur kiri? Sama aja kayak ngebiarin orang tersesat dong? Padahal kita udah tau jalan keluarnya. Dendam apa gimana nih, kok ngebiarin temennya tersesat?
"Jadinya, temen2 & dosenku ada di kemungkinan yang mana, Ink?"
Me: lah, mana saya tau. Kan kamu yang ada di lingkungan mereka. Dengan berbagai latar belakang pendidikan yang ditempuh, nggak menutup kemungkinan mereka nggak paham soal teknik penulisan.
"Terus kamu kok bisa ~sok~ tau segitu detail & banyak?"
Me: saya berawal dari suka nulis diari. Terus coba bikin novel & cerpen (meski sampe sekarang belum ada novel terbit karena ditolaki mulu sama penerbit. Sakit hati saya tuh, makanya saya terus2an belajar, cari tahu terus, gabung sama organisasi)
Me: seiring dengan penolakan2 itu, saya menumpuknya menjadi dendam.
"Inka pendendam?"
Me: yep. Saya pendendam. Seiring dengan hadirnya gunung dendam dalam diri saya, saat itulah saya makin gigih buat belajar. Gimana sih biar naskah saya lolos lomba & bisa diterbitin? Saya kudu ngapain? Saya belajar. Baca pedoman penulisan, baca tulisan yang kemudian saya ATM-in (amati, tiru, modifikasi) beda sama plagiat ya. Kalo plagiat itu ambil punya orang lain & diakui sebagai miliknya. Sampai akhirnya dendam saya perlaha tapi pasti surut, terbayar, seiring dengan tulisan saya yang diterbitkan.
"O gitu. Jadi bisa ya dendam tapi dimodel gitu? Ngga harus celakain yang bikin kita sakit hati terus balas dendam?"
Me: ngapain sih repot2 mikir strategi buat jatuhin orang lain dgn cara2 kotor kayak gitu? Buang2 waktu! Emang setelah dia sengsara, dendammu usai? Ah, saya nggak yakin. Mungkin kamu bakal puas. Tapi hanya saat itu. Brikutnya, bisa jadi bakal terus dibayang2i sama kelakuan kotormu itu. Nggak semua perbuatan langsung berdampak. Tapi kapan pun bisa meledak. Nggak peduli siap/tidaknya kamu. Lebih baik atur strategi untuk jalan hidupmu sendri. Setelah ini, lalu apa? Kelola rasa iri & dendammu sebaik mngkin, tanpa harus jatuhin orng lain.
Karena kalau kalian sudah terbiasa menulis tanpa memperhatikan teknik penulisan, begitu ketemu sama orang yang betul2 berpegang teguh pada pedoman penulisan, ya ... kalau mereka ceplas ceplos, kalian bakal makjleb. Kalau cuma diam, berarti mereka membatin. Sama kayak saya, begitu juga dengan pembina2 saya. Mereka banyak diam saat berita2 itu tayang. Tapi sekali evaluasi, semuanya dimuntahkan sama beliau. Karena apa? Peduli. Kepedulian orang lain itu mahal. Jadi, jangan disia-siakan.
Sekian pemaparan & sedikit opini saya di akhir. Semoga bermanfaat. Typo--padanan dalam b Ind jadi saltik (salah ketik)--dengan segala kekurangan & kelebihan & mungkin kalian pikir ini kesoktahuan+kesokbijakan, tanpa bermaksud menyinggung siapa pun, saya mohon maaf🙏🏻 terima kasih juga untuk yg udah nyimak sampe akhir: kalian strong😍 (karena saya juga baru berasa capek nulisnya, untung udah kelar. Ya meskipun di luar ini masih banyak yang harus ditulis--lah jadi curcol, Ink😂 saya sempatkan nulis ini untuk kalian agar bisa lebih peduli pada tulisan.) Happy weekend! Have fun ya!
Jumat, 24 Januari 2020
Selasa, 21 Januari 2020
KKN Punya Cerita Bagian Dua dan Terakhir
Bentar lagi KKN kelar!
Yay, bentar lagi pulang!
Tapi berita buruknya, ada proker yang belum jalan!
Mampus deh!
Gimana nih, KKN yang lain sudah pada kelar, tinggal pamitan-pamitan aja ke pihak-pihak yang berkepentingan. Berterima kasih karena sudah diterima dan dibantu selama KKN. Ini penting lho gaes, sungguh. Biar KKN kalian nggak dicap blabla sama orang-orang sana.
Proker belum kelar? Take a deep breath. Atur napas dulu. Pikir-pikir lagi mesti gimana-gimananya biar cepat jalan. Rapat sama anggota, cari jalan keluar. Tetapkan deadline atau tenggat waktu yang sangat ketat dan harus tercapai! Apalagi kalau sudah H-7 penutupan KKN. Segera cari solusinya. Cari info sana-sini. Terus segera rapat lagi. Siapin ini itu. Lalu eksekusi.
Jadi, jangan senang-senang atau leyeh-leyeh atau santuy-santuy dulu yang diambil. Lebih baik di dua-tiga minggu pertama langsung persiapkan timeline dan deadline semua proker sambil disiap-siapin butuh apa aja, sasarannya siapa aja, dan mesti pakai strategi apa. Lanjut eksekusi.
Ada banyak hal yang bisa ngebantu kalian buat kelarin proker. Salah dua-tiganya, sudah saya sebutin di atas. Pokoknya gerak terus! Jangan males-malesan! Jangan leyeh-leyeh ambil enaknya doang tapi nggak ikut bantu sama sekali atau cuma bantu dikit!
Hai, gaes, setelah KKN kelar, penderitaan eh kok penderitaan. Salah ding, tangunggan lebih tepat kayaknya. Tanggungan KKN belum usai! HAHAHA! Kalian masih harus nyusun laporan individu dan kelompok! Iya, kalau di Universitas tempat saya kuliah gitu. Jadi, kelompok saya menyiasati ngerjain laporan KKN seminggu sebelum KKN usai! Iya! Kenapa gitu? Karena dari pihak kampus minta kita MoU (perjanjian) sama tokoh desa setempat untuk kerja sama lagi. Nah, buat jaga-jaga kalau ditanya tokoh setempat, "selama KKN ngapain aja kok nggak kelihatan kegiatannya? Kok ngga ngundang saya," dsb, bikinlah kalian laporan KKN buat bukti! Ih masa tokoh setempat bilang gitu? Ini based on true story, gaes. Cerita saya dari KKN tahun lalu. Ya kami mencoba untuk "maklum" tokohnya sibuk jadi lupahadir, padahal jelas kami sudah ngundang beliau, dst.
Terus pamitlah kalian sama pemilik tempat yang kalian singgahi entah buat proker atau nginap, dst, pokoknya yang kalian libatin. Emak-bapak menyebutnya "unggah-ungguh". Datang minta izin, masa pulangnya nggak pamit? Heu. Kalau mau ngasih tanda terima kasih ke mereka juga boleh. Ngasih kenang-kenangan buat tokoh atau kelurahan juga boleh, malah lebih bagus.
Nah tapi di sela-sela jalanin proker, refreshing lah juga kalian biar ngga stres gaes. Jelajah di desa-desa tetangga juga seru kok.
Sekali lagi makasih banget buat tim KKN saya dan semua pihak yang terlibat! Saya dapat banyak banget pelajaran yang nggak saya dapat dari kuliah. Yas, pelajaran hidup! Pandai-pandailah memaknai setiap hikmah yang kalian dapat ya, gaes. Memang saat mengalaminya, segalanya terasa sulit dan berat, pengin pulang aja daripada di sini tapi blabla. Tapi, setelah badai berlalu, orang yang paham akan mengerti bahwa apa yang telah dialami adalah pelajaran berharga. Ngga semua hal harus dialami sendiri kan? Dari pengalaman orang lain kita bisa belajar.
KKN Punya Cerita Bagian Satu
Tjiyeee, ada yang lagi KKN nih?
Ada yang penasaran sama cerita KKN saya? Kayaknya nggak ada, wkwk.
Tapi buat kenang-kenangan, memang harus ditulis kayaknya (setelah melewati berbagai drama KKN, butuh waktu untuk berdamai dengan diri sendiri, lalu, ya ... mencoba berdamai dengan yang lain tapi ngga digubris. Ya bodoh amatlah, kan sudah usaha untuk berdamai ye kan?)
Jadi, dulu sebelum berangkat KKN survei dulu ke desanya. Nanya ini itu ke kelurahan buat dasar bikin program kerja (proker) selama KKN di sana. Sekalian survei tempat. Tapi hasilnya, ya nggak semuanya yang dipengenin langsung dapat. Ada perbedaan antara ekspektasi dan realita. Tapi alhamdulillahnya, saya nggak banyak ekspektasi dan nggak berekspektasi terlalu tinggi.
16 Januari 2019, berangkatlah KKN. Selamat datang di dunia nyata! Selamat menempuh hidup baru! Mulailah saya beradaptasi dengan teman-teman baru, yang awalnya manggil pakai "Mbak dan Mas" lalu lama-lama jadi manggil nama doang, wkwk. Ya gimana, seumuran, wkwk. Mulai menata barang-barang dan atur jadwal apa ajalah yang dibutuhin, termasuk bayar administrasi alias iuran buat kebutuhan termasuk proker. Adaptasi juga sama kondisi susah sinyal. Operator yang terkenal sinyal kuat pun juga kembang kempis di tempat kami KKN. Padahal nggak di pelosok. Seriusan deh, bingung juga kenapa. Jadilah saya benalu, minta hotspot mulu, wkwk. Tapi kalau nggak mendadak, ya ngga minta. Sinyal baru bisa bikin chat WhatsApp masuk tuh di atas pukul 23.00 wib! Helaw, jam segitu mau balesin chat ya mikir-mikir bok. Jam istirahat. Ya tapi gimana, perlu kepo juga ke kelompok KKN yang lain buat dapet info. Mana tahu proker mereka sudah jalan dan tahu gimana cara jalaninnya. Atau bahkan kalau proker kami yang sudah, bisa sharing juga sama mereka.
17 Januari 2019 dan seterusnya, mulai nembusi atau komunikasi lagi sama tokoh masyarakat biar proker cepet jalan. Termasuk sasaran (proker ditujuin ke siapa) dan strategi (mesti nembusi siapa aja biar bisa ngundang sasaran datang ke acara).
22 Januari 2019 tetangga depan rumah ada yang berpulang ke Rahmatullah :'( sedih banget saya :'( Baru juga beberapa hari KKN sudah begini :') Sebelah rumah yang kami sewa itu ada toko dari keluarga yang rumahnya kami tinggali. Terus ada gang. Nah sebelahnya itu makam :') sebelah kiri, jarak tiga rumah, terus depannya ada makam juga :') auto campur aduk nih pikiran :') Terus pas malam ada pengajian tuh hujan deras bro! Hujan campur angin :'( lalu tiba-tiba mati lampu :'( Sontak, ciwi-ciwi alias cewek-cewek pada kaget dong! Pada buru-buru ngumpul. Saking gabutnya karena daya baterai HP juga nggak semuanya pada full, jadilah kita dongeng dalam kegelapan. Nih fotonya.
![]() |
| sumber: dokumen pribadi |
Kalau nggak salah tanggal ya, sejak hari itu, lampu mati selama seminggu. Pemicu lampu mati kayaknya karena hujan deras disertai angin. Kata tetangga, gardu PLNnya meledak apa gimana gitu, duh lupa. Makanya mati lampu. Nggak cuma seminggu penuh, di minggu-minggu berikutnya masih ada lampu mati meski nggak 24 jam kayak pas awal-awal. Listrik lumpuh; masak nasi, isi air kamar mandi, cas HP, semua serba terbatas. Kami sekelompok rasanya mau ngungsi ke mana gitu, atau pulang ke rumah. Ya siapa sih yang betah dengan mati lampu selama seminggu? :'( Tapi ya sudahlah, susah-senang dirasain bareng. Pokoknya semuanya serba ADAPTASI! O iya, temen-temen pernah terniat ngecas HP di KFC (karena deket, iya, nggak begitu jauh dari jalan raya) bawa tas isinya kabel olor dengan banyak cas dan HP yang siap diisi dayanya. Sambil ngakak gitu siap-siapnya, wkwk.
"Aku nggak bisa makan ini."
"Aku nggak mau itu."
Sabar, gengs. Nggak semua orang seleranya sama. Ada tingkat manja yang berbeda. Soal makan, ya juga harus adaptasi bahkan improvisasi! Belajar masak sendiri wey! Kami nggak pernah beli makan di luar atau sejenis catering. Enak enggaknya ya tetap dimakan. Kalau nggak suka, ya beli paka uang pribadi. Yang penting uang makan untuk kelompok sudah dibelanjain dan disediain buat makan. Kadang saya juga beli di luar kalau lagi pengin. Tapi kalau duit menipis, ya makan yang sudah dimasakin aja.
Proker utama dan proker sampingan sudah mulai jalan. Bahkan sudah ada yang mau selesai. Bantuan dari teman-teman dan orang-orang sekitar sangat membantu penyelesaian proker ini. Ya walaupun ada aja konflik, tapi ya mau gimana lagi. Isi pikiran tiap orang juga nggak selalu sama. Inisiatif tiap orang juga beda. Ada yang sudah peka dan langsung eksekusi dengan rapat dan evaluasi tiap malam atau tiap proker akan, sedang, dan setelah dilaksanakan. Ada juga yang mesti diingetin, disuruh dulu baru mau jalan. Ya gimana ya, tingkat rajin dan malasnya tiap orang juga beda.
Fasilitas di rumah dimanfaatin dengan bijak deh! Sebisa mungkin nggak buang-buang listrik, apalagi buang-buang air :') ntar kalau kekeringan kayak kami baru tahu rasa lho :') lebih baik mencegah daripada mengobati ya kan?
O iya, tiap proker bagi jobdesc sejelas mungkin! Semua harus kebagian jobdesc biar semuanya kerja dan nggak ada iri-irian biar nggak timbul masalah kayak di KKN saya :') lemahnya introspeksi bisa bikin konflik juga gaes. Ya secara, nggak semua orang gampang introspeksi diri. Giliran ditunjuk dan dievaluasi jadi diem atau bahkan marah-marah, ngebantah kalau sudah begini begitu. Padahal kita bicara fakta dan data di lapangan. Toh bukan buat kebaikan dia aja, tapi juga buat proker. Dan yang lebih penting, buat nilai! Iya, kan? Nggak usah ngeles kayak nggak butuh nilai gitu deh. Ngaku aja keles :p. Nggak semua orang bisa merenung untuk introspeksi dengan mudah. Ada orang-orang yang mesti digertak dulu baru sadar, gerak, perbaiki. Ada juga yang mental, alias nggak mempan karena sudah dari sononya keras kepala, mau menang sendiri, mau terus disanjung, mau enaknya doang tapi ogah disuruh kerja. Ada? Ada lahh. Kan sudah saya bilang dari tadi, karakter orang beda-beda.
Ya pokoknya semuanya serba ADAPTASI! Harus bisa adaptasi kalau masih mau hidup di tempat KKn dan dapat nilai baik, serta nggak ngulang di tahun depan. Sebisa mungkin nggak buang-buang duitlah. Mending sekali jalan langsung sampai kelar. Nggak pakai ngulang. Semangat ya! Pasti bisa kok!
Ya pokoknya semuanya serba ADAPTASI! Harus bisa adaptasi kalau masih mau hidup di tempat KKn dan dapat nilai baik, serta nggak ngulang di tahun depan. Sebisa mungkin nggak buang-buang duitlah. Mending sekali jalan langsung sampai kelar. Nggak pakai ngulang. Semangat ya! Pasti bisa kok!
Buat semua pihak yang terlibat dalam KKN ini, makasih banget buat kerja samanya ya. Maaf banget nih buat semua kesalahan saya. Iya, saya sadar kalau banyak salah. Ya gimana ya, sudah diingetin tapi kalau dilupain atau nggak diresapi, saya juga bisa marah dong! Saya sudah sadar sejak KKN kok! Sudah berkaca setiap hari buat menilik kelakuan dan kesalahan apa aja yang pernah diperbuat. Kamu juga introspeksi ya, gaes. Jangan lemah introspeksi! Ntar kamu jadi keras kepala dan berhati batu, huhu.
Kamis, 16 Januari 2020
Resah
Saya benci saat-saat resah. Tapi di sisi lain, saya menyukainya. Mungkin tanpa merasa resah, kehidupan akan terasa begitu mudah, tak ada kelokan, tak ada tikungan tajam, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Tapi karena resah, segalanya terasa berkecamuk. Hal-hal yang nggak seharusnya dipikirkan jadi terpikirkan dan menjelma beban yang terus bergelayut, tak mau turun. Berikutnya, menurunkan pola pikir, pola makan, dan juga mood. Menyedihkan sekali.
Saya benci saat-saat harus membenci diri sendiri karena merasa payah. Segalanya dikendalikan oleh mood. Padahal seharusnya saya lah yang mengendalikan mood.
"Males makan. Nggak mood."
Padahal sambat lagi sakit. Sebenernya, yang ngeselin itu mood atau diri sendiri sih?
Ada saat-saat di mana mood terasa begitu leluasa merajai diri. Merenggut semangat atau membuatnya makin membara, jadi ambisius. Setidaknya mood positif itu seribu kali lebih baik daripada mood negatif. Meski ambisius, setidaknya akan menuju pada yang ingin dicapai.
Beda halnya dengan mood negatif. Sewot mulu. Sinis mulu. Nyinyir mulu. Nggak sehat banget pokoknya kalau sudah si mood negatif yang nempel.
Tapi karena resah, segalanya terasa berkecamuk. Hal-hal yang nggak seharusnya dipikirkan jadi terpikirkan dan menjelma beban yang terus bergelayut, tak mau turun. Berikutnya, menurunkan pola pikir, pola makan, dan juga mood. Menyedihkan sekali.
Saya benci saat-saat harus membenci diri sendiri karena merasa payah. Segalanya dikendalikan oleh mood. Padahal seharusnya saya lah yang mengendalikan mood.
"Males makan. Nggak mood."
Padahal sambat lagi sakit. Sebenernya, yang ngeselin itu mood atau diri sendiri sih?
Ada saat-saat di mana mood terasa begitu leluasa merajai diri. Merenggut semangat atau membuatnya makin membara, jadi ambisius. Setidaknya mood positif itu seribu kali lebih baik daripada mood negatif. Meski ambisius, setidaknya akan menuju pada yang ingin dicapai.
Beda halnya dengan mood negatif. Sewot mulu. Sinis mulu. Nyinyir mulu. Nggak sehat banget pokoknya kalau sudah si mood negatif yang nempel.
Selasa, 14 Januari 2020
Bekal KKN
Halo gaes! Mau KKN nih ye?
Sini tak ceritain dikit tentang apa aja yang perlu disiapin buat KKN berdasarkan pengalaman saya, ya. KKN atau kuliah kerja nyata adalah program tahunan dari masing-masing universitas yang memang memberlakukan program tersebut.
Berkaca dari pengalaman KKN, ternyata KKN itu... sangat menguji kesabaran tapi juga menyenangkan. Banyak banget pelajaran dari KKN yang bisa diambil. Baik buruknya suatu hal, bagi yang paham akan belajar menerima. Bagi yang tidak bisa menerima, akan menyalahkan.
Nah berikut ini bekal KKN yang perlu disiapkan.
Bekal KKN
*sumber: pengalaman pribadi penulis
1. Siap Mental
Ya pokoknya wajib siap mental. Bakalan ngadepin teman sekelompok yang nggak kita tahu wataknya karena baru kita kenal. Jadi, mesti bisa beradaptasi dengan teman sekelompok, tokoh di desa tempat kalian KKN, dan juga masyarakatnya. Kalau nggak ada konflik, mungkin nggak ada nilai tambah buat kalian. Tapi ya nggak bikin konflik juga. Maksudnya, dalam lingkungan mana pun, ada konflik. Jadi nggak perlu kaget kalau ada konflik ya. Konflik adalah bentuk ujian bagi kita yang masih hidup. Kalau nggak mau ada konflik, berarti... *duh *kabur *nggaksanggupnerusin
Dari konflik-konflik itulah kalian bakal belajar banyak. Yang paham akan berusaha menerima. Yang nggak paham dan antikritik, selamanya nggak bakal maju. Jadi ya, diam-diam introspeksilah. Renungi. Lalu berubahlah lebih baik. Walaupun perubahan itu belum diwujudkan dalam tindakan, setidaknya kalian udah melek dan sadar bahwa ini baik, dan itu buruk. Harusnya gini, bukan gitu. Tapi ya jangan ngotot bener mulu gaes. Musyawarah. Yas, musyawarah.
2. Siap Fisik
Mungkin suasana dan udara di tempat kalian KKN beda sama yang kalian tinggali selama ini. Jadi, obat pribadi jangan lupa dibawa. Jaga seluruh tubuh kalian pokoknya. Mulai dari pikiran, mata, hati, dsb. Bener-bener jaga diri biar tetap sehat selama KKN. Karena kalau sakit, kasihan juga kalian jadi nggak maksimal (seperti yang saya alami huhu) Yang homesick juga cari penangkal atau penawarnya deh. Apalagi yang tipe pemikir tuh, bawaannya overthinking mulu. Jangan terlalu dipikirin dalam-dalam, ntar bisa sakit (nulis sendiri tapi kesindir sendiri wkwk, yep, sempet sakit parah pas KKN </3). Pikirkan lalu realisasikan, entah itu berupa tulisan atau ucapan ke orang lain. Biar nggak jadi beban pikiran.
3. Siap Finansial
Meskipun ada dana dari kampus, tapi kalian juga tetap perlu persiapkan biaya tambahan untuk makan, sewa, dan mungkin proker, dll. Sebisa mungkin dapet tempat tinggal yang kalau bayar tapi tetap terjangkau karena kebutuhan kalian nggak cuma biaya KKN doang. Kalau ada tempat yang gratis dari tokoh setempat, ambil aja dah, lumayan. Kalau nggak boleh tinggal serumah untuk cowok cewek, ya patuhi aja. Tapi bujet nggak cukup buat sewa rumah? Diskusikan sama tokoh setempat, enaknya gimana? Karena kalaupun ada iuran untuk sewa, uang kalian tetap perlu dialokasikan dengan baik buat kebutuhan selama KKN. Nggak cuma buat sewa tempat doang.
Soal makan, walaupun nggak bisa masak, coba aja deh masak sendiri. Enak atau nggak, biasanya tetep dimakan. Kalaupun yang tuan rumah nawarin masakin buat sekelompok kalian, tetap perhitungkan bujetnya. Bukan pelit sih, tapi realistis aja, kalian juga butuh uang untuk bertahan hidup di perantauan. *ea
4. Siap Proker
Proker bisa tentatif lho! Maksudnya? Berubah-ubah. Tergantung kebutuhan masyarakat. Ada cerita temen tuh harusnya prokernya A, tapi di desa setempat diminta B, dan sebaliknya. Tapi tetap diskusikan sama kelompok. Terus kalau emang udah buntu banget, diskusikan sama DPL. Ya pokoknya proker di desa itu mesti kelar gaes biar laporan KKN kalian juga selesai sesuai tujuan awal.
Evaluasi tiap progres. Yas, biar nggak ada iri-irian dan semuanya kerja sesuai jobdesc. Ingetinlah temen-teman kalian yang mungkin terlalu bodoh amat sama proker. Ini tanggung jawab bersama, bukan cuma ketua/kordes ye kan?
5. Siap Patuhi Aturan Desa Setempat
Kalau nggak boleh keluar malam, ya jangan keluar malam. Kalau cowok cewek nggak boleh campur, ya jangan campur. Diskusikan sama tokoh setempat. Cari jalan keluar terbaik. Ikuti acara yang ada di desa walaupun bukan prokernya. Buat jaga silaturahmi sama masyarakat. Soal keagamaan tapi nggak ada prokernya, nggak perlu dilaporin ke DPL biar nggak runyam.
Kurang lebih itu ya gaes. Sisanya, jangan terlalu cepat menyimpulkan. Kadang kita butuh waktu untuk benar-benar tahu apa yang seharusnya dilakukan. Atur napas dulu buat detoks pikiran. Terus diskusikan, baru ambil kesimpulan.
Selamat menikmati KKN, gaes. Have fun, ya.
*sumber: pengalaman pribadi penulis
1. Siap Mental
Ya pokoknya wajib siap mental. Bakalan ngadepin teman sekelompok yang nggak kita tahu wataknya karena baru kita kenal. Jadi, mesti bisa beradaptasi dengan teman sekelompok, tokoh di desa tempat kalian KKN, dan juga masyarakatnya. Kalau nggak ada konflik, mungkin nggak ada nilai tambah buat kalian. Tapi ya nggak bikin konflik juga. Maksudnya, dalam lingkungan mana pun, ada konflik. Jadi nggak perlu kaget kalau ada konflik ya. Konflik adalah bentuk ujian bagi kita yang masih hidup. Kalau nggak mau ada konflik, berarti... *duh *kabur *nggaksanggupnerusin
Dari konflik-konflik itulah kalian bakal belajar banyak. Yang paham akan berusaha menerima. Yang nggak paham dan antikritik, selamanya nggak bakal maju. Jadi ya, diam-diam introspeksilah. Renungi. Lalu berubahlah lebih baik. Walaupun perubahan itu belum diwujudkan dalam tindakan, setidaknya kalian udah melek dan sadar bahwa ini baik, dan itu buruk. Harusnya gini, bukan gitu. Tapi ya jangan ngotot bener mulu gaes. Musyawarah. Yas, musyawarah.
2. Siap Fisik
Mungkin suasana dan udara di tempat kalian KKN beda sama yang kalian tinggali selama ini. Jadi, obat pribadi jangan lupa dibawa. Jaga seluruh tubuh kalian pokoknya. Mulai dari pikiran, mata, hati, dsb. Bener-bener jaga diri biar tetap sehat selama KKN. Karena kalau sakit, kasihan juga kalian jadi nggak maksimal (seperti yang saya alami huhu) Yang homesick juga cari penangkal atau penawarnya deh. Apalagi yang tipe pemikir tuh, bawaannya overthinking mulu. Jangan terlalu dipikirin dalam-dalam, ntar bisa sakit (nulis sendiri tapi kesindir sendiri wkwk, yep, sempet sakit parah pas KKN </3). Pikirkan lalu realisasikan, entah itu berupa tulisan atau ucapan ke orang lain. Biar nggak jadi beban pikiran.
3. Siap Finansial
Meskipun ada dana dari kampus, tapi kalian juga tetap perlu persiapkan biaya tambahan untuk makan, sewa, dan mungkin proker, dll. Sebisa mungkin dapet tempat tinggal yang kalau bayar tapi tetap terjangkau karena kebutuhan kalian nggak cuma biaya KKN doang. Kalau ada tempat yang gratis dari tokoh setempat, ambil aja dah, lumayan. Kalau nggak boleh tinggal serumah untuk cowok cewek, ya patuhi aja. Tapi bujet nggak cukup buat sewa rumah? Diskusikan sama tokoh setempat, enaknya gimana? Karena kalaupun ada iuran untuk sewa, uang kalian tetap perlu dialokasikan dengan baik buat kebutuhan selama KKN. Nggak cuma buat sewa tempat doang.
Soal makan, walaupun nggak bisa masak, coba aja deh masak sendiri. Enak atau nggak, biasanya tetep dimakan. Kalaupun yang tuan rumah nawarin masakin buat sekelompok kalian, tetap perhitungkan bujetnya. Bukan pelit sih, tapi realistis aja, kalian juga butuh uang untuk bertahan hidup di perantauan. *ea
4. Siap Proker
Proker bisa tentatif lho! Maksudnya? Berubah-ubah. Tergantung kebutuhan masyarakat. Ada cerita temen tuh harusnya prokernya A, tapi di desa setempat diminta B, dan sebaliknya. Tapi tetap diskusikan sama kelompok. Terus kalau emang udah buntu banget, diskusikan sama DPL. Ya pokoknya proker di desa itu mesti kelar gaes biar laporan KKN kalian juga selesai sesuai tujuan awal.
Evaluasi tiap progres. Yas, biar nggak ada iri-irian dan semuanya kerja sesuai jobdesc. Ingetinlah temen-teman kalian yang mungkin terlalu bodoh amat sama proker. Ini tanggung jawab bersama, bukan cuma ketua/kordes ye kan?
5. Siap Patuhi Aturan Desa Setempat
Kalau nggak boleh keluar malam, ya jangan keluar malam. Kalau cowok cewek nggak boleh campur, ya jangan campur. Diskusikan sama tokoh setempat. Cari jalan keluar terbaik. Ikuti acara yang ada di desa walaupun bukan prokernya. Buat jaga silaturahmi sama masyarakat. Soal keagamaan tapi nggak ada prokernya, nggak perlu dilaporin ke DPL biar nggak runyam.
Kurang lebih itu ya gaes. Sisanya, jangan terlalu cepat menyimpulkan. Kadang kita butuh waktu untuk benar-benar tahu apa yang seharusnya dilakukan. Atur napas dulu buat detoks pikiran. Terus diskusikan, baru ambil kesimpulan.
Selamat menikmati KKN, gaes. Have fun, ya.
Langganan:
Komentar (Atom)
Sebagian 2025
Awal tahun 2025 menjadi pembuka untuk memulai pelajaran baru, dalam rangka menambah kemampuan. Kali ini dimulai dengan mengikuti workshop pe...
-
Hai, 2024. Makin ke sini kian jarang buka, nulis, dan posting di blog ya. Maaf ya, aku sibuk belajar banyak hal: menulis skrip film dan men...
-
Menyemai kebaikan tidak perlu menunggu kaya raya. Banyak hal yang bisa kita bagikan kepada sesama. Sebagaimana kutipan Surah Al Hadid ayat 1...
-
Negatif yang Positif (3) Seri Anak dan Orang Tua "Dari mana aja? Kenapa baru pulang?" sapa ibu dengan nada bicara tinggi. Si an...
