Berbagi Seputar Penulisan Berita
Januari 24, 2020 Pagi, gaes. Saya mau sharing soal penulisan berita dari beberapa pemateri & jadi panduan saya untuk nulis. Semoga tulisan ini bisa dimengerti ya.
Berita berisi peristiwa & informasi yang dimuat harus mengandung news value. Apa tuh? Peristiwa yang perlu diketahui orang banyak; penting, baru, unik, & terkenal (kalau nggak ada bagian ini, gpp. Pokoknya beritanya bersifat penting, baru & unik).
Jenis berita
Hard news: berita cepat, ringkas, lugas, singkat, langsung ke pokok permasalahan.
Soft news: berita yang dari segi isi tidak terlalu berat. Misal, tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dhadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi. Selama krisis ekonomi masih berlanjut, berita itu bisa diterbitkan kapan saja. Sifatnya lebih ke brcerita. Lebih ke gimana sih kondisi rakyat, _how to survive_, _how to handle_,dst.
Jelas beda sama yang hard news dong. Kalau hard harus segera tayang.
Teknik penulisan berita
Berita yang baik harus mengandung 5w+1h (apa hayo? Browsing sana😋 jangan nanya mulu tapi ngga usaha cari tau dulu😌)
Struktur berita: pembuka, isi, penutup.
1. Judul (harus mncerminkan isi. Jangan sampe judulnya A, tapi isinya B)
2. Lead: kalimat pembuka (yang menentukan pembaca bakal lanjut baca atau ngga)
Judul & lead emang agak susah, tapi coba terus, pantang mundur. Saya juga masih dan terus belajar. Jadi kita sama2 belajar.
Angle berita: bagaimana mencari sisi terbaik *(penting, baru, unik, dll)* sehingga bisa disajikan lebih *menarik*.
*Lead/pmbuka* berita bisa ditulis dari bagian *apa sih yang paling menarik dari acara tersebut?*
Yep, lead bisa ambil dari salah satu unsur 5w+1h. Kalau pembicara/tamunya artis, berarti bagian _who_ jadi pembuka. Kalau prokernya yang menarik, berarti bagian _what_ jadi lead, dst.
Setelah lead beres, erus jabarin sampe ke bawah, gimana acara itu berlangsung, alasan+harapan diadakannya acara (biasanya waktu sambutan, ketupel udah nyampein. Kalo dirasa belum cukup, silakan wawancara), dst, pokoknya jabaran dari 5w+1h. Jangan ada dobel info! Kalau udah disinggung di paragraf atas, jangan ditulis lagi di paragraf bawah.
Masih soal teknik menulis berita
Nama & gelar ditulis lengkap tanpa tanda .,
Misal, Lanna SE MSi Ak CA
Di lain media, bisa jadi wajib menggunakan tanda ., jadinya Lanna, S.E., M.Si., Ak., CA
Tapi untuk *pemberitaan di Umsida, nggak pakai tanda .,*
Penyebutan nama & jabatan dalam satu kalimat:
Nama, jabatan
Versi lengkap
Nama, jabatan+informasi apa yang disampaikan. Jangan hanya berisi subjek. Sering banget yang kayak gini & penulisnya tetep ngeyel. Uh, pengen ngejitak rasanya. Sepele tapi bikin sebel. Rasanya mau balikin itu tulisan sambil ngegas😂
Next, karena ngga cukup jadi satu🙈
_Format salah: Lanna SE MSi Ak CA dosen akuntansi universitas terbuka sekaligus merangkap sebagai ketua prodi dan tergabung dalam IAI._ -> *me: iya terus dia ngapain?😡 Kok nggak dijelasin😡*
_Format betul: Lanna SE MSi Ak CA, Dosen Akuntansi Universitas Terbuka sekaligus merangkap sebagai Ketua Prodi dan tergabung dalam IAI, hadir dalam acara seminar nasional._
Nah ini boleh banget. Ada penjelasannya gitu loh, selain penulisnya pamer jabatannya si pemateri. Penjelasannya ngga harus kayak gitu, bisa dikreasikan. *Pokoknya harus ada penjelasannya.*
*Jangan menggunakan kata yang disingkat!* Bikin ribet editor dan berita nggak segera tayang.
Contoh: Acara *yg* digelar di aula *dgn* mengusung tema menuju kemajuan bangsa diikuti 100 *orng* dosen *&* karyawan.
*Duh! Sepele tapi bikin buang2 waktu buat ngedit! Udahlah, tulis tanpa singkatan!* Kalaupun ada sngkatan, itu biasanya akronim & *ada penjelasannya*
Contoh: Menurut *BPS (Badan Pusat Statistik)* pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 10%.
*Jangan menggunakan kata: dan, karena, sehingga, di awal kalimat.* Nggak cuma untuk penulisan berita, tapi juga berlaku untuk yang lain (artikel, skripsi, tesis, jurnal, dll). Ada sih yang bisa pakai tiga kata itu dengan model tulisan informal: fiksi. Untuk fiksi, it's oke karena sifatnya lebih luwes.
*Bedakan kata depan & awalan!*
*Kata depan: merujuk pada keterangan tempat. Ditulis terpisah.* Cntoh: di situ, di sana, di samping, di depan, ke depan, ke atas, ke perpus, dari mana dst.
*Kata awalan: merujuk pada aktivitas. Ditulis gabung.* Contoh: dihapus-menghapus, dibuang-membuang, ditendang-menendang, dll.
Ini juga sering salah tulis ya kan? Ngaku gaes. Beda lagi kalau mengedepankan-dikedepankan -> ada imbuhan me/di+an.
Kalau kedepannya? <- Apa bener tulisannya gini? Emang nunjukin aktivitas?
*Penulisan lokasi harus spesifik. Kecuali kalau sudah banyak dikenal, ngga usah gpp.*
Contoh: jl dijoyo.
Nangdi ini dalane? Desa endi? Kecamatan endi? Kabupaten endi? Provinsi endi?
Tulis lengkaplah. Jangan sok rahasiaan. Boleh sok rahasiaan kalau nulis fiksi!
Jadi perbaikilah: Jalan Dijoyo, Desa Ngarep, Kecamatan Maju, Kabupaten Pantang Mundur, Provinsi Rakyat Sejahtera. Jelas dan penulisannya tepat, pakai koma & huruf kapital.
Penulisan bahasa asing (nonIndonesia) diitalic.
Contoh: ceremonial.
Mau pake b Indo/b Ing? Kalo b Ind, ya browsing sana: padanan kata ceremonial.
Kalo pake b Ing: ceremonial. Kalo keminggris, keminggris sekalian. Jangan magak.
Jangan nanya saya mulu. Kan bisa nanya ke mbah gugel. Lebih fasres-an si mbah daripada saya😋
Public / publik? - Event / kegiatan? Ini nggak cuma berlaku dalam penulisan berita, tapi juga artikel, dll.
"Abis lihat tulisanku yang udah dicek temen2 & dosen, nggak ada tuh yang komen tulisanku yang kamu bilang betulnya begini begitu, Ink. Padahal aku lihat ada yang katamu salah."
Me: ada dua kemungkinan: luput (kelewatan) & nggak paham/lupa.
"Kamu berani ngatain temen2 & dosenku yg kompeten itu?"
Me: nggak sih, tapi saya realistis aja. Kalau temen2 n dosenmu betul paham tentang tata cara penulisan & memang teliti pas _screening/proofreading_ tulisanmu, ya mestinya tau & nemu, terus ngasih tau biar kamu betulin ntar.
Ralat, ada tiga kemungkinan format tulisan salah tapi nggak dikomen: luput (kelewatan), nggak paham, & nggak peduli.
Berhubung saya ~sok~ peduli & tahu benarnya (karena ada landasannya), ya saya kasih tahulah. Masa saya diam aja.
Udah tahu temennya lagi jalan tapi di kanan jalan, masa nggak saya ajak pindah ke jalur kiri? Sama aja kayak ngebiarin orang tersesat dong? Padahal kita udah tau jalan keluarnya. Dendam apa gimana nih, kok ngebiarin temennya tersesat?
"Jadinya, temen2 & dosenku ada di kemungkinan yang mana, Ink?"
Me: lah, mana saya tau. Kan kamu yang ada di lingkungan mereka. Dengan berbagai latar belakang pendidikan yang ditempuh, nggak menutup kemungkinan mereka nggak paham soal teknik penulisan.
"Terus kamu kok bisa ~sok~ tau segitu detail & banyak?"
Me: saya berawal dari suka nulis diari. Terus coba bikin novel & cerpen (meski sampe sekarang belum ada novel terbit karena ditolaki mulu sama penerbit. Sakit hati saya tuh, makanya saya terus2an belajar, cari tahu terus, gabung sama organisasi)
Me: seiring dengan penolakan2 itu, saya menumpuknya menjadi dendam.
"Inka pendendam?"
Me: yep. Saya pendendam. Seiring dengan hadirnya gunung dendam dalam diri saya, saat itulah saya makin gigih buat belajar. Gimana sih biar naskah saya lolos lomba & bisa diterbitin? Saya kudu ngapain? Saya belajar. Baca pedoman penulisan, baca tulisan yang kemudian saya ATM-in (amati, tiru, modifikasi) beda sama plagiat ya. Kalo plagiat itu ambil punya orang lain & diakui sebagai miliknya. Sampai akhirnya dendam saya perlaha tapi pasti surut, terbayar, seiring dengan tulisan saya yang diterbitkan.
"O gitu. Jadi bisa ya dendam tapi dimodel gitu? Ngga harus celakain yang bikin kita sakit hati terus balas dendam?"
Me: ngapain sih repot2 mikir strategi buat jatuhin orang lain dgn cara2 kotor kayak gitu? Buang2 waktu! Emang setelah dia sengsara, dendammu usai? Ah, saya nggak yakin. Mungkin kamu bakal puas. Tapi hanya saat itu. Brikutnya, bisa jadi bakal terus dibayang2i sama kelakuan kotormu itu. Nggak semua perbuatan langsung berdampak. Tapi kapan pun bisa meledak. Nggak peduli siap/tidaknya kamu. Lebih baik atur strategi untuk jalan hidupmu sendri. Setelah ini, lalu apa? Kelola rasa iri & dendammu sebaik mngkin, tanpa harus jatuhin orng lain.
Karena kalau kalian sudah terbiasa menulis tanpa memperhatikan teknik penulisan, begitu ketemu sama orang yang betul2 berpegang teguh pada pedoman penulisan, ya ... kalau mereka ceplas ceplos, kalian bakal makjleb. Kalau cuma diam, berarti mereka membatin. Sama kayak saya, begitu juga dengan pembina2 saya. Mereka banyak diam saat berita2 itu tayang. Tapi sekali evaluasi, semuanya dimuntahkan sama beliau. Karena apa? Peduli. Kepedulian orang lain itu mahal. Jadi, jangan disia-siakan.
Sekian pemaparan & sedikit opini saya di akhir. Semoga bermanfaat. Typo--padanan dalam b Ind jadi saltik (salah ketik)--dengan segala kekurangan & kelebihan & mungkin kalian pikir ini kesoktahuan+kesokbijakan, tanpa bermaksud menyinggung siapa pun, saya mohon maaf🙏🏻 terima kasih juga untuk yg udah nyimak sampe akhir: kalian strong😍 (karena saya juga baru berasa capek nulisnya, untung udah kelar. Ya meskipun di luar ini masih banyak yang harus ditulis--lah jadi curcol, Ink😂 saya sempatkan nulis ini untuk kalian agar bisa lebih peduli pada tulisan.) Happy weekend! Have fun ya!
0 Comments